Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa sebagian orang bisa membangun kekayaan sementara yang lain terus berjuang secara finansial? Apakah mereka hanya beruntung? Atau ada prinsip khusus yang mereka terapkan? Buku The Richest Man in Babylon, karya George S. Clason, membahas rahasia kekayaan yang telah teruji selama ribuan tahun. Ditulis dalam bentuk kisah yang berlatar di kota kuno Babylonia. Buku ini mengajarkan prinsip-prinsip dasar tentang cara mengelola uang, menabung, dan berinvestasi dengan bijak. Kalau kamu ingin membangun stabilitas finansial dan mencapai kebebasan finansial, pelajaran dari buku ini bisa jadi titik awal yang sangat baik. Jadi, siapa George S. Clason?
George S. Clason adalah seorang penulis dan pengusaha asal Amerika yang terkenal karena bukunya yang mengajarkan prinsip-prinsip keuangan dalam bentuk cerita. Pada awalnya, pelajaran dalam The Richest Man in Babylon diterbitkan sebagai pamflet dan dibagikan oleh bank serta perusahaan asuransi untuk mengedukasi orang tentang pengelolaan uang. Buku ini tetap relevan hingga hari ini karena mengajarkan kebijaksanaan finansial dengan cara yang sederhana dan mudah diterapkan oleh siapa saja.
Insight yang pertama, bayar diri sendiri dulu. Salah satu pelajaran utama dalam buku ini adalah konsep bayar diri sendiri dulu. Banyak orang, ketika menerima gaji, langsung menghabiskannya untuk kebutuhan sehari-hari, tagihan, dan hiburan. Akibatnya, tidak ada yang tersisa untuk ditabung atau diinvestasikan. Menurut buku ini, setiap kali kita menerima penghasilan, sisihkan minimal 10% untuk diri sendiri sebelum membayar hal lain. Ini adalah cara paling sederhana untuk membangun kekayaan secara perlahan tapi pasti. Misalnya, kalau kamu mendapatkan 10 juta per bulan, sisikan 1 juta langsung ke tabungan investasi sebelum menggunakan sisanya untuk pengeluaran. Ini bukan hanya tentang menabung, tetapi juga membangun kebiasaan finansial yang sehat.
Insight yang kedua, kendalikan pengeluaranmu. Menabung 10% terdengar mudah, tapi banyak orang yang merasa tidak bisa melakukannya karena merasa gaji mereka tidak cukup. Kenyataannya, bukan seberapa besar penghasilan kita yang menentukan kekayaan, tetapi bagaimana kita mengelolanya. Buku ini menekankan bahwa banyak pengeluaran kita sebenarnya bukan kebutuhan, melainkan keinginan. Coba evaluasi, berapa banyak yang kita habiskan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Apakah kita benar-benar membutuhkan semua langganan streaming atau belanja impulsif setiap bulan? Dengan mengontrol pengeluaran, kita bisa memastikan bahwa kita punya cukup ruang untuk menabung dan berinvestasi.
Insight yang ketiga, buat uang bekerja untuk kita. Menabung aja nggak cukup untuk membangun kekayaan. Kita perlu membuat uang bekerja untuk kita dengan cara menginvestasikannya. Di dalam buku ini, diceritakan tentang Arkad, pria terkaya di Babylonia, yang mengatakan bahwa uang yang disimpan harus diinvestasikan agar bisa berkembang. Dalam dunia modern, ini bisa berarti menginvestasikan uang di reksadana, saham, atau property. Atau, membangun bisnis sampingan yang bisa menghasilkan pendapatan pasif. Yang terpenting, jangan biarkan uangmu hanya diam ditabungan karena nilainya akan terkikis oleh inflasi.
Insight yang keempat, lindungi uangmu dari kehilangan. Ketika mulai memiliki uang, banyak orang tergoda untuk mencari cara cepat untuk melipat gandakannya. Tapi inilah jebakan yang harus dihindari. Buku ini mengajarkan bahwa investasi harus dilakukan dengan hati-hati. Jangan menaruh uang pada sesuatu yang tidak kita pahami atau terlalu beresiko. Misalnya, jangan tergoda investasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat tanpa resiko yang jelas. Banyak orang kehilangan uang karena mereka tidak melakukan riset sebelum berinvestasi. Pelajarannya, selalu pelajari investasi yang akan kamu lakukan dan mintalah nasihat dari orang yang berpengalaman.
Insight yang kelima, tingkatkan kemampuanmu untuk menghasilkan lebih banyak. Selain menabung dan berinvestasi, cara lain untuk meningkatkan kekayaan adalah dengan terus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kita. Di dalam buku ini, Arkad mengatakan bahwa seseorang yang bijak akan selalu belajar bagaimana menghasilkan lebih banyak. Di dunia modern, ini berarti mengembangkan keterampilan baru yang bisa meningkatkan nilai kita di tempat kerja, mempelajari keterampilan bisnis atau investasi untuk membuka peluang baru, atau selalu berusaha menjadi lebih baik dalam bidang yang kita geluti. Jika penghasilan kita meningkat, kita bisa menabung dan berinvestasi lebih banyak, yang akan mempercepat pertumbuhan kekayaan kita.
Kesimpulannya, buku The Richest Man in Babylon ini mengajarkan bahwa membangun kekayaan bukan soal keberuntungan, tetapi soal kebiasaan dan disiplin dalam mengelola uang. lima pelajaran utama yang bisa kita ambil dari buku ini adalah, yang pertama, bayar diri sendiri dulu. Sisikan minimal 10% dari penghasilan sebelum membayar pengeluaran lain. Yang kedua, kendalikan pengeluaran. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan agar bisa menabung lebih banyak. Yang ketiga, buat uang bekerja untukmu. Investasikan uang agar bisa berkembang, bukan hanya disimpan. Yang keempat, lindungi uang dari kehilangan. Hindari investasi yang tidak jelas dan selalu lakukan reset. Yang kelima, tingkatkan kemampuan menghasilkan uang. Terus belajar dan berkembang agar penghasilan kita bertambah. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini secara konsisten, kita bisa membangun stabilitas finansial dan mencapai kebebasan finansial di masa depan.
Bacain Buku The Richest Man in Babylon
مرسلة بواسطة
Faraln Juferayn
Banoffee.. banana toffee